Suronggoto Be a Prince of Sun Bag II


Hai teman-teman pembaca, ini lanjutan cerpen yang kemaren aku buat. Rasanya masih punyya tangggug jawab kalau akuu tak menyelesaikannya. Selamat membaca yap rend.

SAMPAI DI NEGRI TANAH
Berhari-hari Suronggoto berjalan setelah dari hamparan mawar, dan kini perjalananya sampai di sebuah negri. Negri dengan banyak bangunan bertembok tanah. Suronggoto masuk ke negeri dan berjalan melewati pasar yang begitu rame. Bnyak orang-orang yang melihat Suronggoto dengan tatapan aneh karena pakaian yang dikenakan Suronggoto berbeda dengan penduduk di negri itu.
Setelah berjalan-berjalan cukup jauh melewati pasar, Suronggoto melihatbangunan berupa pyramid besar di suatu tempat yang sepertinya istana atau pusat dari negri itu. Strukturpyramid yang sangat rapih dan bernilai seni tinggi membuat Suronggoto tertarik untuk mengunjungi bangunan itu. Ketika ia berjalan akan berniat mengunjungi banguan itu, tiba-tiba terlihat grombolan prajurit atau polisi negri yang mengunjungi Suronggoto.
“Hei pemuda, siapa kau..Kelihatannya kau orang asing.”(Tanya salah satu dari grombolan)
“Aku Suronggoto, Pangeran Matahari.”
“Hahahaha…Wkwkwkwkwk…ngaku-ngaku pangeran matahari ni luwak.”(balasan ejekan yang tak sopan)
“Aku Serius..”
“Ya sudah sementara ini aku cukup percaya dengan bayolanmu pemuda. Kau mau kemana ?”
“Aku hanya ingin mengunjungi bangunan besar itu. Aku ingin bertemu raja dari negri ini.”
“Hahahaha jangan mimpi, orang-orang sepertimu tak pantas menemui raja, jadi urungkan niatmu sebelum penjaga kerajaan yang ganas mencincangmu.”
“Terima kasih, Aku tetap akan kesana.”
Setelah itu, tiba-tiba tanah seperti bergetar. Perlahan dan semakin lama getaran semakin kencang dan membuat semua orang panik. Dan tak luput Surongggoto ikut panik karena getaran yang semakin kencang dan dahsyat. Setelah beberapa saat, getaran tersebut reda dan mulai berhenti. Bangunan bertembok yang tadiya megah dan indah pada rubuh runtuh. Sepertinnya tak ada satu orang yang hidup kecuali Suronggoto disitu. Mayat bergellimpangan dimana-mana. Suronggoto menoleh ke bangunan pyramid itu. Ternyata bangunan itu cukup kokoh dan kuat. Seluruh bangunan negri runtuh kecuali pyramid besar itu. Niat Suronggoto tetap akan menuju bangunan itu. Tetapi melihat kondisi negri yang seperti itu, Suronggoto mempergunakan kelopak mawar putih yang tinggal lima buah. Suronggoto memetik dua kelopak untuk dua doa yang berbeda.
Doa pertama yang iya panjatkan untuk menghilangkan semua bangunan yang runtuh agar bersih & doa kedua untuk melesapkann mayat-mayat agar tidak menimbulkan wabah mayat karena terlallu banyak mayat kalau harus di urus satu per satu. Setelah Suronggoto memanjatkan doa kepada Sang Maha Agung, Negri itu seperti tanah lapang yang luas dengan satu bangunan pyramid yang akan Suronggoto tuju. Memang sepertinya tak ada orang yang hidup, karena Suronggoto tak melihat seorangpun.
Setelah berjalan kira-kira setengah kilo, sampai Suronggoto di depan pintu gerbang istana pyramid. Sepertinya orang-orang istana juga mati terkena bencana itu. Sepi sekali tak ada orang. Suronggoto tetap masuk ke dalam istana dan suasana tetap sepi. Doa Surongoto ternyata melesapkan mayat-mayat di dalam istana juga. Setelah sampai di raja, Suronggoto meliihat satu orang saja disitu. Kalau dilihhat dari pakaianya yang lumayan glamor, dia adalah raja dari negri itu. Suroonggoto bingung melihat orang itu, pinsan atau mati. Kalau mati mengapa tidak melesap tetapi kalau pinsan mengapa tertidur seperti mayat. Surongggoto menghampirinya, dan ternyata ia masih hidup setelah Suronggoto yang mendengar nafas tipis yang lemah. Akhirnya Suronggoto mempergunakan kelopak untuk yang kesepuluh kalinya. Kali ini dia memasukkan kelopak ke mulut orang itu dan tak lupa di sertai doa. Setelah itu, orang itu sadar dan kaget melihat kondisi yang sunyi dan hanya Suronggoto yang adadi hadapannya.
“Hei, siapa kau..!”(panik dan teganng dan kaget)
“Tenanglah, aku bukan orang jahat.”
“Terus, siapa kau..”
“Aku Suronggoto, Pangeran Matahari. Kau Raja negri ini..?”
“Ya aku raja, kenapa dengan negriku..? Aku tak meliihat seorang pun disinni.”
“Semua penduduk negri ini mati karena gempa yang dahsyat. Bersyukurlah Sang Maha Agung masih memberimu hidup.”
“Mengapa bisa terjadi seperti ini? Terus nasibku bagaimana. Aku seorang Raja tapi tanpa seorang rakyat.”
“Sabarlah, semua bisa terjadi atas kehendak Sang Maha Agung. Apa kau mau ikut berkelana bersamaku ?”
“Berkelana, kemana ?”
“Iya, aku akan pergi ke negri gingseng. Kau bisa ikut denganku.”
“Baiklah, aku akan ikttdenganmu daripada aku disini kesepian.”
“Mari kita segera pergi raja.Aku harus cepat melaksanakan titah Sang Bathara.”
Setelah dalam perbincangan yang cukup singkat, akhirnya Suronggoto pergi melanjutkan perjalananya bersama raja dari negri itu.

SAMPAI  DI NEGRI GINGSENG

Berhari-hari  Suronggoto berkelana bersama Sang Raja. Akhirnya sampai juga ia di Negri Gingseng. Negri yang cukup indah dan sejuk karena pepohonan sangat banyak dan rimbun. Negri ini terkenal dengan ramuan atau obat-obatan yang manjur yang terbuat daribahan utama yaitu buah ginggseng, oleh karena itu negri ini disebut dengan Negri Gingseng. Penduduk negri ini cukup ramah dan sopan. Banyak sapaan senyum yang Suronggoto peroleh dari penduduk setempat.
Suronggoto & Sang Raja berjalan melewati negri itu. Mereke berniat untuk mencari tempat untuk istirahat karena sangat lelah dengan perjalanan yang cukup lama sebelumnya. Suronggoto melihat rumah cukup besar tetapi tidak bagus. Ia menuju ke rumah itu bersama Sang Raja. Setelah sampai, beberapa ketukan pintu dari Suronggoto tak terbalas.Sepertinnya rumah ini tiada penghuni kalu dilihhat banyak sarang laba-laba dan kondisi yang berdebu. Sang Raja membbuka pintu, ternyata pintunya tidak terkunci. Sang Raja mengajak Suronggoto untuk masuk, tetapi Surongoto tidak mau kalau ia belum mendapat ijin. Akhirnya ia berdua hanya tidur di depan rumah yang dengan sediki atap yang tersisa dari rumah itu.
Hari sudah malam. Setelah ia akan tidur tiba-tiba ada seorang tinggi besar yang menuju rumah itu. Laki-laki itu terkejut melihat Suronggoto & Sang Raja yang ada di depan rumah.
“He..kamu siapa ? maling atau setan !!!?”
“Maaf kami bukan orang jahat. Kami hanya numpanng istirahat di sini.”(ucap Suronggoto)
“O..aku kira kalian maling.”
“Tidak, kami orang baik-baik.”(ucap Sang Raja)
“Ya sudah, di dalam saja disini terlalu kotor.”
“Ya baik, Bapak pemilik rumah ini ?”(Surongggoto bergegas dan bertanya)
“Iya saya pemilimiknnya.”
“Mengapa tidak dihuni pak.”(Tanya Sang Raja)
“Rencana rumah ini mau aku kontrakan, tetapi tidak ada yang mau. Setiap malam saya kesini untuk menjaga-jaga. Rumah yang saya tinggalii di ujung sana.”
“oooo..begitu.”(Sang Raja memberi respon)
“Ayo masuk, oya kalau boleh tau kalian siapa ?”
“Perkenalkan saya Suronggoto Pangeran Matahari.”
“Dan saya Bumi, Mantan Raja negri tanah yang kini telah musnah.”
“Apa..? ternyata kalian orang-orang hebat. Saya sudah mendengar cerita kalian. Pangeran Matahari sudah sangat tidak sing di negri ini. Tapi kalau Raja Tanah tidak begitu.”
“Ah bapak bisa aja, kami orang-orang biasa.”(jawab Suronggoto dengan rendah hati)
“Wah saya jadi gak enak kalau hanya menyediakan tempat kotor ini pada kalian.”
“Ini sudah cukup bua kami dan terimakasih banyak buat bapak telah member tempat.”
Setelah sapa-sapa dan saling mengenal, akhirnya bapak itu, Suronggoto, dan Raja tanah terlibat dalamm perbincangan yang cukup serius. Suronggoto mencritakan tentang apa maksud dirinya dan pengalaman selama ia berkelana dan Sang Raja bercrita tentang apa musibah yang telah dialaminya. Bapak itu juga mencritakan bahwa Negri Gingseng dalam suatu permasalahan. Dimana Raja yang tadinya baik sekarng cukup galak karena putrinya Dewi Srengenge yang tak kunjung sembuh dari penyatkit gilanya. Banyak tabib yang di undang tetapi tak ada yang bisa menyembuhkan walau obat termujarab di negri Gingseng.
Setelah  berbicara cukup lama dan hari sudah malam, bapak itu pulang ke rumahnya dan sementara Suronggoto dan Sang Raja masih di rumah itu untuk beristirahat.
***

Hari sudah esok. Suronggoto dan Sang Raja segera akan berangkat untuk ke istana menyembuhkan putri dari Sang Raja Negri Gingseng setelah ia melakukan sembahyang pagi. Ia berdua berjalan dan Surongggoto berharap bisa menyembuhkan Sang Putri “Dewi Srengenge” dengan kelopak mawar yang masih dimilikinya. Setelah mereka berdua berjalan lama melewati hari-hari yang semakin siang akhirnya sampai juga mereka di depan istana. Suronggoto melihat Dewi Srengnge berteriak meronta. Psikologinnya menunjukkan bahwa Dewi Srengenge putri Sang Raja menderita kegilaan. Sang Raja pun kelihatan cukup sulit utk menenangkan putrinya. Suronggoto menghampirinnya dan berniat untuk membantu.
“Permisi Raja, bisa saya bantu menyembuhhkan putri paduka.”
“Kamu siapa, kelihatanya kamu bukan orang sini.”
“Aku Suronggoto, kalau boleh saya akan menyembuhkan putri paduka. Dengan izin Sang Maha Agung, putri paduka dapa disembuhkan.”
“Baiklah, cobalah kau sembuhkan putri saya.”
Setelah itu, Suronggoto memetik satu kelopak mawar yang dipegangnya. Ia berdoa agar Dewi Srengengeputri Sang Raja dapat tersembuhkan. Lekas Surongggoto berdoa dan setelah ia berdoa, Sang Putri pinsan. Dayang-dayang yang disampingnya membawanya masuk dan di ikuti oleh Suronggoto, Raja Tanah dan ayah Sang Putri. Dewi Srengenge di tidurkan di ranjangnya dan ia masih dapat berbicara lemas. Lemah, Pelan dan jelas Sang Putri berbicara. Ia mengucapkan terima kasih kepada Suronggoto karena dirinya menjadi tenang. Selang beberapa waktu Sang Putri berbicara lemah dengan pesan-pesan dia pinsan. Setelah di raba-raba dan di dengar, Dewi Srengenge atau Sang Putri ternyata meninggal dunia. Raja menangis atas kepergian putrid semata wayangnya. Surongggoto terkejut dan meminta maaf jika Dewi Srengenge meninnggal karena dirinya. Sang Raja itu ternyata tidak marah dan memaafkan Surongoto. Rupanya Sang Raja Sudah mengerti apa arti dari sebuah kehidupan.
“Paduka, putrimmu kini telah pergi. Maafkan hamba jika kepergian putrimuu karena salah hamba.”
“Tidak apa-apa. Mungkin ini takdir yang diberikan oleh Sang Maha Agung.”
“Tapi Saya bingung paduka. Tujuanku untuk mencari Cinta Sejati. Aku Pangeran Matahari mendapat titah itu dari Bathara Surya. Kalau tidak putri paduka, terus siapa Cinta Sjati hamba.”
“Tapi putriku bukan jodohmu. Kau masih punya satu kelopak. Coba tanyalah dengan berdoa siapa Cinta Sejatimu sebenarnya.”
Kemudian Suronggoto menggunakan kelopak terakhirnya. Ia Berdoa untuk mengetahui Cinta Sejatinnya. Setelah Suronggoto berdoa, Sang Bathara Surya Datan. Orang-orang yang ada disitu sujud melihat kedatangan sang Bathara Surya.
“Berdirilah kalian.”(Bathara Surya menyuruh orang-orang yang sujud)
“Bapa, kau menitahku unttuk mencari Cintta Sejati. Jika Dewi Srengenge mati, siapakah cinta sejatiku.”(Suronggoto bertanya kepada Sang Bhatara setelah ia berdiri)
“Tujuanmu untuk ini anakku. Kau bertugas untuk memudahkan Dewi Srengenge dalam perjalanan untuk kematiannya. Sebenarnya kegilaanya adalah sakaratul maut dari Dewi Srengenge. Dan hanya Cinta darimu Suronggoto yang mampu memudahkan perjalanan kematianya. Kini arwahnya telah mendampingiku sebagia Bathara Surya karena sudah dari namanya “Dewi Srengenge” di takdirkan untuk mendampingiku.”
“Bapa, kalau bukan Dewi Srengenge, siapa Cinta Sejatiku ?”
“Kau ingat putrid mawar ? ia adalah Cinta Sejatimmu yang Sebenarnya. Ia mendapatkan karma atas kesalahan Dewa Angin yang melanggar aturan Dewa yaitu menikah dengan manusia. Cinta Sejatimmu yang mampu menghilangkan karma Putri Mawar, dan kini ia dapat hidup seperti manusia pada ummnya berkat Cintamu. Sekarang kembalilah dan temui Putri Mawar.”
“Baik bapa, aku akan menemui Putri Mawar.”
Akhirnya Suronggoto kembali dalam perjalananya dan menelusuri tempat yang telah ia lewati sebelumnya. Kini ia berniat untuk menemui Putri Mawar.
Setelah berjalan cukup lama dan memakan waktu berhari-hari, akhirnya ia sampai di hamparan mawar tempat Putri Mawarberada. Suronggoto berkata bahwa Cinta Sejatinya adalah dirinya. Putri Mawar sudah mengetahui sebelimnya, tetapi karena Suronggoto harus menjalankan tugas sehingga ia merelakan Suronggoto untuk pergi. Rasa Cinta dari Putri Mawar ditunjukkan dengan Bunga mawar kelopak 12 pemberianya. Kini Suronggoto dan Putri mawar menikah dan mereka hidup bahagia dalam bangunan pyramid di Negri Tanah. Sang Raja Bumi menetap di Negri Gingseng sehingga Negri Tanah  yang telah hancur dibangun kembali oleh Suronggoto. Lenkap Sudah kini Surongggoto Menjadi Pangeran Matahari dan sebagai Raja dari Negri Tanah.

Sekian………

Terima kasih teman atas perhatian kalian. Bagus gak critanya, jangan lupa kkomentar ya. Beso aku buat cerpen-cerpen yang menarik lagi buat kalian. Tunggu ya…
SALAM MATAHARI………………

Cerpen ditulis oleh : Muh Herjan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar